Revolusi Internet

Wavy Photo Effects

Rabu, 13 Agustus 2008

Menjadi Al-Kayyis di Lautan Al-'Ajis

Pengantar Buku "Meniti Jalan Al-Kayyis:
Manusia Berkecerdasan Hati",

karya Ust. M. Djunaidi Sahal.

Bismillahirrahmaanirrahim, Hamidan lillah wa musholliyan ‘alaa Rosulillahi SAW, Amma ba’du,
Dunia berputar.

Kehidupan terus berjalan seiring jaman yang silih berganti. Dan manusia pun lantas berubah. Tak hanya perilaku, tetapi juga sikap dan cara pandang terhadap kehidupan ini. Apalagi ketika teknologi telah menjelma menjadi tuhan, maka segala yang profan dan transenden menjadi terpinggirkan. Syurga dan neraka lantas dianggap hanyalah screen-saver yang nisbi, yang entah, dan akan lenyap dengan sekali click di atas tombol mouse atau sedikit sentuhan pada keyboard.

Ini tentu sangat mengkhawatirkan!

Akhirat, sebuah tempat dan jaman yang entah kapan semua manusia akan menuju dan tinggal, bahkan untuk selamanya, telah hilang dari buku agenda setiap orang. Manusia modern seperti era sekarang ini telah mengalami disorientasi yang meski sesungguhnya mengerikan, tetapi dianggap remeh, tak penting, dan subtil. Setidaknya tak disadari –- dan itu berarti abai atau lalai. Hal itu berbentuk terbeloknya orientasi manusia yang tak menempatkan akhirat sebagai akhir dari segalanya ini melainkan menggantikannya dengan dunia yang kini dan sekarang, yang padahal sesungguhnya bakal ditinggalkan kelak.

Kelalaian ini menyebabkan banyak manusia termasuk golongan Al-‘Ajis, yang justru mayoritas. Ust. M. Djunaidi Sahal dalam bukunya yang Anda pegang ini menggambarkan Al-‘Ajis sebagai manusia yang berpikir bahwa dirinya akan hidup kekal dengan mengumbar hawa nafsu demi kepentingan sesaat. Pikiran Al-‘Ajis tak pernah tertuju pada kehidupan setelah kematian; apalagi perhitungan dan mahkamah ilahi yang pasti akan terjadi (hal 10). Sungguh Al-‘Ajis adalah orang yang benar-benar bodoh.

Lawan dari Al-‘Ajis adalah tentu mereka yang menjadikan akhirat sebagai orientasi utama, tanpa harus melupakan dunia (Q.S. Al-Qashash ayat 77). Ini menjadikan hati mereka selalu tertambat pada Allah SWT. Inilah Al-Kayyis, orang cerdas sejati itu. Bagi Al-Kayyis, kecintaannya pada Allah melebihi kesenangannya terhadap dunia dan seisinya. Dunia hanyalah sarana untuk bisa menggapai cinta-Nya. Namun ironisnya, yang baik, yang cerdas, yang melangkah di jalan yang lurus ini selalunya menjadi golongan yang sedikit.

***

Ust. M. Djunaidi Sahal melalui bukunya ini mengajak kita menjadi seorang Al-Kayyis di tengah masyarakat yang kian modern tetapi terpuruk seperti saat ini. Menjadi Al-Kayyis mungkin seperti menjadi susu di tengah lautan tuba. Sekalinya lengah dan sedikit goyah, susu akan mudah tercemar oleh tuba meski sekadar setitik nila.

Buku ini berisi kumpulan tulisan hasil percikan pemikiran dan perenungan penulisnya. Semuanya bermuara pada satu hal: upaya menggapai cinta Allah SWT. Memang ditulis dengan beraneka latar dan bentuk tulisan. Namun justru hal itu membuat kita seperti makan sepiring gado-gado yang meski beraneka bentuk dan isi (lontong, irisan telor, tahu, tempe, tomat, wortel, kol, dan guyuran sambal kacang yang pedas), tetapi ketika dikunyah bareng serasa enak di lidah. Kita menjadi tak serasa digurui. Kita justru layaknya diajak merenungi diri kita sendiri.

Karena itu, Anda akan menemui tulisan yang serius serupa Tadzkirotul Kayyis, yang ringan seperti Sandal, Sorban, dan Kopyah ataupun yang terkesan menggelikan seperti menyandingkan Poligami dan Bebek Goreng. Namun semua memiliki ciri yang sama: mengambil pelajaran dari kehidupan sekitar. Mungkin ini juga cara penulisnya untuk mengajak kita, para pembacanya, untuk membaca ayat-ayat Allah di sekitar kita dan memetiknya sebagai pelajaran. Karena, mereka yang (beruntung) seperti ini sangatlah sedikit. Ini mengingatkan kita pada firman Allah SWT:

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Mu’min ayat 58)

Maka serasa tak bosan penulisnya mengajak kita di setiap akhir sebuah tulisan:

Ya, Allah!
Jadikanlah kami termasuk Al-Kayyis!

Ajakan yang layak kita sambut. Selamat membaca! Selamat menjadi Al-Kayyis!

Wa Allahu A’lam bi ash-shawab.


Surabaya
, 27 Muharram 1428 H

Tidak ada komentar:

Analisa Jaringan G

Sudahkah Anda Sedekah?

Sudahkah Anda Sedekah?
SMS INFAQ